Kamis, 20 November 2008

Kebijakan yang kontroversial

Departemen pendidikan dewasa ini telah mengatur berbagai perubahan kurikulum untuk mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah-sekolah. Namun kebijakan tersebut sangat tidak beralasan. Berdasarkan teori secara umum, bahwa kegagalan pendidikan tidak bersumber dari kebijakan tersebut. Fakta menyimpulkan bahwa sekolah lebih mematikan daripada kecanduan narkotika. Dukungan asumsi ini didasarkan pada :
  1. Kurikulum yang dibuat tidak relevan dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang mandiri. Sementara kurikulum yang dianjurkan digunakan di sekolah-sekolah sudah digariskan oleh kebijakan departemen pendidikan nasional. Tidaklah efektif membuat kurikulum tidak didasarkan pada kondisi lingkungan sekolah.
  2. Departemen pendidikan gagal mengevaluasi kondisi pendidikan saat ini. Ini ditinjau dari berbagai kurikulum yang telah diterbitkan mulai dari sejak diproklamirkan negara RI. Begitu banyak standar-standar kurikulum yang telah disempurnakan menurut departemen pendidikan nasional namun belum mampu mengakomodir kebutuhan manusia saat ini.
  3. Dunia pendidikan saat ini hanya menciptakan tenaga-tenaga yang pasif.
  4. Sekolah diciptakan hanya untuk kepentingan politik dan bisnis.
  5. Pelajaran utama yang disajikan dalam suatu institusi atau sekolah-sekolah adalah doktrin.

Dan masih banyak hal-hal yang perlu disikapi oleh pihak yang berwenang dalam menangani diskrimansi pendidikan saat ini. Bebaskan pendidikan dari kepentingan-kepentingan politik dan biarkan sekolah menciptakan dunianya sendiri. Krisis moral bukan berarti aturan yang tidak ada, tetapi pelaku kebijakan kadang memaksa kita untuk tidak bermoral.

Perlu kita cermati, bahwa aturan-aturan yang diciptakan saat ini cenderung mempersempit ruang lingkup pemikiran dan pola tindakan kita dalam mengapresiasikan apa yang seharusnya kita lakukan untuk memperbaiki diri dan lingkungan kita.

Atau mungkin apa yang dikatakan oleh beliau Ir. Soekarno bahwa revolusi belum selesai, atau pada dasarnya revolusi tidak akan pernah selesai.

Salam...

Tidak ada komentar: